I. ACARA :
Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat Dalam Larutan
II. TANGGAL : 12
November 2012
III. TUJUAN : Menyelidiki
Kadar Karbonat dan Bikarbonat Dalam Larutan
IV. DASAR
TEORI
Ion
karbonat yang terkandung dalam larutan dapat ditentukan secara asidimetri,
dengan larutan HCl sebagai standard. Penambahan larutan HCl ke dalam larutan
yang mengandung campuran ion karbonat dan bikarbonat. Dalam hal ini, reaksi
terjadi dalam dua langkah, yakni yang pertama merupakan perubahan dari ion
karbonat menjadi ion bikarbonat, maka pH larutan kira – kira 8,2. Setelah
langkah petama berlangsung sempurna, maka ion bikarbonat yang terdapat dalam
larutan yang diselidiki berasal dari ion bikarbonat mula-mula dan berasal dari
perubahan tersebut. Penambahan HCl lebih lanjut akan merubah semua ion
bikarbonat menjadi asam karbonat.
HCO3- + H3O → H2CO3 + H2O
Ion karbonat dan bikarbonat adalah salah satu
bagian dari golongan basa. Umumnya ion-ion ini banyak ditemukan pada batu kapur
atau batu tulis yang digunakan sebagai campuran bahan-bahan bangunan. Dalam
penentuan kadar ion karbonat an ion bikarbonat dalam suatu cuplikan, digunakan
metode asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan salah satu bagian analisis
volumetri kuantitatif yang berdasarkan reaksi
netralisasi. Titrasi asidimetri adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan
asam sebagai larutan standar.
Karbonat adalah salah
satu senyawa IIA alamiah yang paling melimpah. Kelarutan semua karbonat normal,
dengan pengecualian karbonat dari logam-logam alkali, serta ammonium, tidak
larut dalam air. Sedangkan bikarbonat dalam kalsium, larut dalam air. Ion
bikarbonat adalah zat amfoter yang dapat bereaksi dengan asam atau basa. Ion
bikarbonat merupakan zat yang tidak stabil. Jika dipanaskan, ion bikarbonat
akan terurai membentuk ion karbonat.
Garam dari asam
karbonat yang mengandung ion karbonat , CO32- , ion
bebasnya mempunyai struktur segitiga menyebidang. Karbonat logam dapat bersifat
ionik atau dapat mengandung ikatan logam karbonat kovalen (karbonat kompleks)
melalui satu atau dua atom oksigen. Karbonat dari logam alkali semua larut,
tetapi karbonat lain tidak larut. Semua bereaksi dengan asam mineral melepaskan
karbon dioksida. Asam karbonat merupakan asam diprotik, yang dapat membentuk
garam karbonat dan garam hidrogen karbonat. Dalam air kedua garam ini bersifat
basa sehingga secara bertahap dapat dititrasi dengan asam kuat. Larutan standar biasanya
kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat
yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi
dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan
oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik
akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik
akhir teoritis titik. Dalam praktiknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang
disebut kesalahan titrasi.
V. ALAT DAN BAHAN
Alat
:
Erlenmeyer
Buret
Pipet Tetes
Gelas Ukur
Bahan
:
HCl
Aquades
Kalium Karbonat
Kalium Bikarbonat
Indikator pp (penolftalein)
Indikator Metil Orange
VI.
CARA KERJA
1. Ambil cuplikan sebanyak 5 ml ke dalam
gelas ukur lalu tuang ke erlenmeyer.
2. Tuangkan 5 tetes indicator pp ke dalam
cuplikan, warna merah muda.
3. Isi buret dengan HCl secukupnya.
4. Titrasikan cuplikan pertama dengan HCl
sampai warna menjadi bening.
5. Setelah warna cupikan menjadi bening,
tambahkan metal orange 5 tetes.
6. Titrasi dengan HCl, sampai warna
berubah menjadi merah.
VII.
HASIL PENGAMATAN
A.Tabel HCl 1 ( Penolftalein )
NO
|
Va
|
Vt
|
Vt - Va
|
Warna Awal
|
Warna Akhir
|
1
|
24,5
|
26
|
1,5
|
Pink
|
Bening
|
2
|
0
|
4,5
|
4,5
|
Pink
|
Bening
|
3
|
24
|
29,5
|
5,5
|
Pink
|
Bening
|
4
|
18,5
|
24
|
5,5
|
Pink
|
Bening
|
B.Tabel HCl 2 ( Metil Orange )
NO
|
Va
|
Vt
|
Vt - Va
|
Warna Awal
|
Warna Akhir
|
1
|
28
|
35,5
|
5,5
|
Orange
|
Merah
|
2
|
4,5
|
8,7
|
4,2
|
Orange
|
Merah
|
3
|
30
|
33,5
|
3,5
|
Orange
|
Merah
|
4
|
24,5
|
28
|
3,5
|
Orange
|
Merah
|
Penghitungan :
a.
Kadar bikarbonat percobaan
pertama
b.
Kadar bikarbonat percobaan kedua
c.
Kadar bikarbonat percobaan ketiga
d.
Kadar bikarbonat percobaan
keempat
VIII.
PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar larutan
dengan cara asidimetri menggunakan indikator ganda. Asidimetri adalah analisis
volumetrik yang menggunakan larutan baku asam untuk menentukan jumlah basa yang
ada.
Percobaan ini
menggunakan larutan cuplikan sebanyak 5 ml dan dititrasi menggunakan larutan
HCl 0,1 M. Fungsi dari larutan standar HCl 0,1 M adalah untuk membuat larutan
sampel atau cuplikan berada dalam keadaan seimbang. Indikator yang digunakan
adalah fenolftalein (PP) dan metil orange (MO). Indikator PP akan berubah warna
di sekitar titik ekivalen dari titrasi untuk asam lemah , pada titik ekivalen
di atas 7. Untuk basa lemah, pada titik ekivalen di bawah 7, indikator yang
sering digunakan adalah metil orange.
Ketika larutan sampel
yang berwarna putih ditetesi fenolftalein akan berubah warna menjadi merah.
Setelah itu, larutan tersebut dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M sampai warna
merahnya hilang. Ini mengindikasikan bahwa larutan berada pada trayek pH
sekitar 8,2 – 10,5. Pada tahap ini, semua ion hidroksida akan bereaksi
menghasilkan air , sedangkan ion karbonat akan bereaksi dengan asam ,
menghasilkan ion bikarbonat.
OH- + H+
H2O
CO32- + H+
HCO3-
Didapatkan bahwa volume HCl 0,1 M yang
dibutuhkan pada titrasi dengan fenolftalein lebih besar dari volume HCl 0,1
M yang dibutuhkan pada titrasi dengan metil orange.
Titrasi
masing – masing dilakukan beberapa kali dengan tujuan agar bisa menjadi
perbandingan untuk memastikan volume HCl 0,1 M yang dibutuhkan saat titrasi.
IX.
KESIMPULAN
1. Jumlah
volume HCl untuk titrasi pada larutan dengan menggunakan indikator
p.p dan metil orange berbeda.
2.
Hasil
kadar bikarbonat antara tiap percobaan memiliki intesitas yang berbeda.
3.
Kadar
bikarbonat rata-rata dari kelima percobaan adalah 1.9302 mg/liter
4.
Metil
orange digunakan setelah titrasi pertama karna larutan tersebut bersifat basa
lemah, pada titik ekivalen di bawah 7.
5.
Proses titrasi yang hanya dilakukan sekali
tidak cukup untuk menentukan kadar bikarbonat dari larutan sampel atau
cuplikan,oleh karena itu proses titrasi harus dilakukan dengan frekuensi yang
berulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar